Lombok Timur (Harianbumigora.com) – Wakil Bupati Lombok Timur, H. Moh. Edwin Hadiwijaya, resmi dilantik sebagai Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Lombok Timur pada Rabu (17/9).
Ia menegaskan kepengurusan baru dirancang untuk memperkuat peran PMI dalam melayani masyarakat, dengan melibatkan banyak figur berkompeten termasuk tenaga medis dari rumah sakit daerah.
“Struktur ini kami susun dengan orang-orang yang memang ahli di bidangnya. Ada juga dokter dari RSUD yang ikut memperkuat kepengurusan,” ujar Edwin dalam sambutannya.
Ia menilai, keberadaan PMI tidak boleh hanya dipandang sebagai pelengkap dari bank darah milik rumah sakit. Menurutnya, PMI harus hadir lebih fleksibel dalam mendukung distribusi darah, terutama untuk memenuhi kebutuhan pasien dengan golongan darah langka.
“Darah itu sumbernya banyak, jadi jangan hanya bergantung ke rumah sakit. Kolaborasi yang kuat harus dibangun agar pelayanan semakin maksimal,” tegasnya.
Edwin menjelaskan bahwa sepanjang Januari hingga Agustus 2025, PMI Lombok Timur sudah menyalurkan sekitar 3.000 kantong darah ke sembilan institusi kesehatan.
Dari jumlah itu, Rumah Sakit Namira tercatat sebagai penerima terbanyak dengan lebih dari seribu kantong, disusul RSUD Lombok Timur dan RS Patuh Karya.
“Kalau ada warga membutuhkan, PMI wajib segera mencarikan. Karena itu, digitalisasi penting supaya masyarakat bisa langsung mengetahui stok darah yang tersedia,” kata Edwin.
Untuk memperluas jangkauan, Edwin juga berkomitmen membangun jaringan relawan hingga ke desa-desa. Ia menilai pendekatan jemput bola sangat dibutuhkan agar calon donor darah, terutama mereka yang rutin mendonorkan, dapat terus didata dan diperbanyak.
“Kita tidak boleh pasif menunggu. PMI harus turun langsung ke desa-desa untuk mendekati masyarakat yang bersedia rutin mendonorkan darah,” ujarnya.
Ketua PMI NTB, dr. Herman Mahaputra, menyambut baik program digitalisasi yang digagas Edwin. Ia menekankan pentingnya edukasi berkelanjutan agar masyarakat makin sadar bahwa donor darah adalah kebutuhan bersama yang tidak bisa ditunda.
“Petugas harus sering mengajak warga, bukan hanya menunggu. Apalagi untuk golongan darah tertentu, pengurus mesti lebih aktif mencari calon donor,” ucap Herman.
Ia menegaskan bahwa rumah sakit tetap menjadi pintu pertama penyediaan darah bagi pasien. Namun, ketika stok berkurang, PMI diharapkan langsung hadir sebagai penopang agar keluarga pasien tidak kebingungan mencari kebutuhan darurat.
“Masyarakat tidak boleh dibuat bingung. Begitu rumah sakit menyatakan stoknya menipis, PMI harus segera hadir memberi solusi,” tandas Herman.
